PRINSIP PENGECORAN LOGAM
Sumber Asli: http://indonesia-mekanikal.blogspot.com/2008/03/teknik-pengecoran-logam.html
1.
Definisi pengecoran, Review Proses Pengecoran
Pengecoran
(CASTING) adalah salah satu teknik pembuatan produk dimana logam
dicairkan dalam tungku peleburan kemudian di tuangkan kedalam rongga
cetakan yang serupa dengan bentuk asli dari produk cor yang akan dibuat
Ada 4 faktor yang berpengaruh atau merupakan cirri dari proses pengecoran, yaitu :
- Adanya aliran logam cair kedalam rongga cetak
- Terjadi perpindahan panas selama pembekuan dan pendinginan dari logam dalam cetakan
- Pengaruh material cetakan
- Pembekuan logam dari kondisi cair
Klasifikasi
pengecoran berdasarkan umur dari cetakan, ada pengecoran dengan sekali
pakai (expendable Mold) dan ada pengecoran dengan cetakan permanent
(permanent Mold). Cetakan pasir termasuk dalam expendable mold. Karena
hanya bisa digunakan satu kali pengecoran saja, setelah itu cetakan
tersebut dirusak saat pengambilan benda coran. Dalam pembuatan cetakan,
jenis-jenis pasir yang digunakan adalah pasir silika, pasir zircon atau
pasir hijau. Sedangkan perekat antar butir-butir pasir dapat digunakan,
bentonit, resin, furan atau air gelas.
1. Terminologi Pengecoran dengan Cetakan Pasir
Secara umum cetakan harus memiliki bagian-bagian utama sebagai berikut :
Cavity (rongga cetakan),
merupakan ruangan tempat logam cair yang dituangkan kedalam cetakan.
Bentuk rongga ini sama dengan benda kerja yang akan dicor. Rongga
cetakan dibuat dengan menggunakan pola.
Core (inti),
fungsinya adalah membuat rongga pada benda coran. Inti dibuat terpisah
dengan cetakan dan dirakit pada saat cetakan akan digunakan. Bahan inti
harus tahan menahan temperatur cair logam paling kurang bahannya dari
pasir.
Gating sistem (sistem saluran masuk),
merupakan saluran masuk kerongga cetakan dari saluran turun. Gating
sistem suatu cetakan dapat lebih dari satu, tergantung dengan ukuran rongga cetakan yang akan diisi oleh logam cair.
Sprue (Saluran turun),
merupakan saluran masuk dari luar dengan posisi vertikal. Saluran ini
juga dapat lebih dari satu, tergantung kecepatan penuangan yang
diinginkan.
Pouring basin,
merupakan lekukan pada cetakan yang fungsi utamanya adalah untuk
mengurangi kecepatan logam cair masuk langsung dari ladle ke sprue.
Kecepatan aliran logam yang tinggi dapat terjadi erosi pada sprue dan
terbawanya kotoran-kotoran logam cair yang berasal dari tungku kerongga
cetakan.
Raiser (penambah), merupakan cadangan logam cair yang berguna dalam mengisi kembali rongga cetakan bila terjadi penyusutan akibat solidifikasi.
1. Pengecoran Cetakan Pasir
Pengecoran
dengan cetakan pasir melibatkan aktivitas-aktivitas seperti menempatkan
pola dalam kumpulan pasir untuk membentuk rongga cetak, membuat sistem
saluran, mengisi rongga cetak dengan logam cair, membiarkan logam cair
membeku, membongkar cetakan yang berisi produk cord an membersihkan
produk cor. Hingga sekarang, proses pengecoran dengan cetakan pasir
masih menjadi andalan industri pengecoran terutam industri-industri
kecil. Tahapan yang lebih umum tentang pengecoran cetakan pasir
diperlihatkan dalam gambar dibawah ini.
A. Pasir
Kebanyakan pasir yang digunakan dalam pengecoran adalah pasir silika (SiO2).
Pasir merupakan produk dari hancurnya batu-batuan dalam jangka waktu
lama. Alasan pemakaian pasir sebagai bahan cetakan adalah karena murah
dan ketahanannya terhadap temperature tinggi. Ada
dua jenis pasir yang umum digunakan yaitu naturally bonded (banks
sands) dan synthetic (lake sands). Karena komposisinya mudah diatur,
pasir sinetik lebih disukai oleh banyak industri pengecoran.
Pemilihan
jenis pasir untuk cetakan melibatkan bebrapa factor penting seperti
bentuk dan ukuran pasir. Sebagai contoh , pasir halus dan bulat akan
menghasilkan permukaan produk yang mulus/halus. Untuk membuat pasir
cetak selain dibutuhkan pasir juga pengikat (bentonit atau clay/lempung)
dan air. Ketiga Bahan tersebut diaduk dengan komposisi tertentu dan
siap dipakai sebagi bahan pembuat cetakan.
B. Jenis Cetakan Pasir
Ada
tiga jenis cetakan pasir yaitu green sand, cold-box dan no-bake mold.
Cetakan yang banyak digunakan dan paling murah adalah jenis green sand
mold (cetakan pasir basah). Kata “basah” dalam cetakan pasir basah
berati pasir cetak itu masih cukup mengandung air atau lembab ketika
logam cair dituangkan ke cetakan itu. Istilah lain dalam cetakan pasir
adalah skin dried. Cetakan ini sebelum dituangkan logam
cair terlebih dahulu permukaan dalam cetakan dipanaskan atau
dikeringkan. Karena itu kekuatan cetakan ini meningkat dan mampu untuk
diterapkan pada pengecoran produk-produk yang besar.
Dalam cetakan kotak dingin (box-cold-mold),
pasir dicampur dengan pengikat yang terbuat dari bahan organik dan
in-organik dengan tujuan lebih meningkatkan kekuatan cetakan. Akurasi
dimensi lebih baik dari cetakan pasir basah dan sebagai konsekuensinya
jenis cetakan ini lebih mahal.
Dalam cetakan yang tidak dikeringkan (no-bake mold), resin sintetik cair dicampurkan dengan pasir dan campuran itu akan mengeras pada temperatur kamar. Karena ikatan antar pasir terjadi tanpa adanya pemanasan maka seringkali cetakan ini disebut juga cold-setting processes.
Selain diperlukan cetakan yang tinggi, beberapa sifat lain cetakan
pasir yang perlu diperhatikan adalah permeabilitas cetakan (kemampuan
untuk melakukan udara/gas).
C. Pola
Pola
merupakan gambaran dari bentuk produk yang akan dibuat. Pola dapat
dibuat dari kayu, plastic/polimer atau logam. Pemilihan material pola
tergantung pada bentuk dan ukuran produk cor, akurasi dimensi, jumlah
produk cor dan jenis proses pengecoran yang digunakan.
Jenis-jenis pola :
- Pola tunggal (one pice pattern / solid pattern)
Biasanya
digunakan untuk bentuk produk yang sederhana dan jumlah produk sedikit.
Pola ini dibuat dari kayu dan tentunya tidak mahal.
- Pola terpisah (spilt pattern)
Terdiri
dari dua buah pola yang terpisah sehingga akan diperoleh rongga cetak
dari masing-masing pola. Dengan pola ini, bentukproduk yang dapat
dihasilkan rumit dari pola tunggal.
- Match-piate pattern
Jenis
ini popular yang digunakan di industri. Pola “terpasang jadi satu”
dengan suatu bidang datar dimana dua buah pola atas dan bawah dipasang
berlawanan arah pada suatu pelat datar. Jenis pola ini sering digunakan
bersama-sama dengan mesin pembuatan cetakan dan dapat menghasilkan laju
produksi yang tinggi untuk produk-produk kecil.
D. Inti
Untuk
produk cor yang memiliki lubang/rongga seperti pada blok mesin
kendaraan atau katup-katup biasanya diperlukan inti. Inti ditempatkan
dalam rongga cetak sebelum penuangan untuk membentuk permukaan bagian
dalam produk dan akan dibongkar setelah cetakan membeku dan dingin.
Seperti cetakan, inti harus kuat, permeabilitas baik, tahan panas dan
tidak mudah hancur (tidak rapuh).
Agar
inti tidak mudah bergeser pada saat penuangan logam cair, diperlukan
dudukan inti (core prints). Dudukan inti biasanya dibuatkan pada cetakan
seperti pada gambar 8. pembuatan inti serupa dengan pembuatan cetakan
pasir yaitu menggunakan no-bake, cold-box dan shell. Untuk membuat
cetakan diperlukan pola sedangkan untuk membuat inti dibutuhkan kotak
inti.
E. Operasi Pengecoran Cetakan Pasir
Operasi
pengecoran dengan cetakan pasir melibatkan tahapan proses perancangan
produk cor, pembuatan pola dan inti, pembuatan cetakan, penuangan logam
cair dan pembongkaran produk cor. Tahapan lebih rinci terlihat pada
gambar Dibawah ini :
Setelah proses perancangan produk cor yang menghasilkan gambar teknik produk (a) dilanjutkan dengan tahapan-tahapan berikutnya :
b. Menyiapkan
bidang dasar datar atau pelat datar dan meletakan pola atas (cope) yang
sudah ada dudukan inti dipermukaan pelat datar tadi.
c. Seperti pada langkah c, untuk cetakan bagian bawah (drag) beserta sistem saluran.
d. Menyiapkan koak inti (untuk pembuatan inti)
e. Inti yang telah jadi disatukan (inti yang dibuat berupa inti setengah atau paroan inti)
f. Pola
atas yang ada dipermukaan pelat datar ditutupi oleh rangka cetak atas
(cope) dan ditambahkan system saluran seperti saluran masuk dan saluran
tambahan (riser). Selanjutnya diisi dengan pasir cetak.
g. Setelah diisi pasir cetak dan dipadatkan, pola dan system saluran dilepaskan dari cetakan
h. Giliran drag diisi pasir cetak setelah menempatkan rangka cetak diatas pola dan pelat datar.
i. Setelah disi pasir cetak dan dipadatkan, pola dilepaskan dari cetakan
j. Inti ditempatkan pada dudukan inti yang ada pada drag.
k. Cope dipasangkan pada drag dan dikunci kemudian dituangkan logam cair.
l. Setelah membeku dan dingin, cetakan dibongkar dan produk cor dibersihkan dari sisa-sisa pasir cetakan.
m. Sistem saluran dihilangkan dari produk cor dengan berbagai metoda dan produk cor siap untuk diperlakukan lebih lanjut.
Dalam
teknik pengecoran logam fluiditas tidak diartikan sebagai kebalikan
dari viskositas, akan tetapi berarti kemampuan logam cair untuk mengisi
ruang-ruang dalam rongga cetak. Fluiditas tidak dapat dikaitkan secara
langsung dengan sifat-sifat fisik secara individu,
karena besaran ini diperoleh dari pengujian yang merupakan
karakteristik rata-rata dari bebrapa sifat-sifat fisik dari logam cair.
Ada dua faktor yang mempengaruhi fluiditas logam cair, yaitu temperatur dan komposisi unsur. Temperatur
penuangan secara teoritis harus sama atau diatas garis liquidus. Jika
temperatur penuangan lebih rendah, kemungkinan besar terjadi
solidifikasi didalam gating sistem dan rongga cetakan tidak terisi
penuh. Cacat ini disebut juga dengan nama misrun. Cacat lain yang bisa
terjadi jika temperatur penuangan terlalu rendah
adalah laps dan seams. Yaitu benda cor yang dihasilkan seakan-akan
membentuk alur-alur aliran kontinu logam yang masuk kedalam rongga
cetak, dimana alur satu dengan alur lai berdampingan daya ikatannya
tidak begitu baik. Jika temperatur
penuangan terlalu tinggi pasir yang terdapat pada dinding gating sistem
dan rongga cetakan mudah lepas sewaktu bersentuhan dengan logam cair
dan permukaanya menjadi kasar. Terjadi reaksi yang cepat antara logam
tuang, dengan zat padat, cair dan gas diadalam rongga cetakan. Dari
pengujian ini dapat dicari daerah temperatur penuangan yang menghasilkan produk dengan cacat yang seminim mungkin.
PROSES PELEBURAN LOGAM
Peleburan
logam merupakan aspek terpenting dalam operasi-operasi pengecoran
karena berpengaruh langsung pada kualitas produk cor. Pada proses
peleburan, mula-mula muatan yang terdiri dari logam, unsur-unsur paduan dan material lainnya seperti fluks dan unsur pembentuk terak dimasukkan kedalam tungku. Fluks
adalah senyawa inorganic yang dapat “membersihkan” logam cair dengan
menghilangkan gas-gas yang ikut terlarut dan juga unsur-unsur pengotor
(impurities). Fluks memiliki beberpa kegunaan yang tergantung pada logam
yang dicairkan, seperti pada paduan alumunium terdapat cover fluxes
(yang menghalangi oksidasi dipermukaan alumunium cair),. Cleaning
fluxes, drossing fluxes, refining fluxes, dan wall cleaning fluxes
Tungku-tungku
peleburan yang biasa digunakan dalam industri pengecoran logam adalah
tungku busur listrik, tungku induksi, tungku krusibel, dan tungku
kupola. Karakteristik masing-masing tungku peleburan adalah :
- Tungku busur listrik
- laju peleburan tinggi ® laju produksi tinggi
- polusi lebih rendah dibandingkan tungku-tungku lain
- memiliki kemampuan menahan logam cair pada temperatur tertentu untuk jangka waktu lama untuk tujuan pemaduan
- Tungku induksi
o Khususnya digunakan pada industri pengecoran kecil
o Mampu mengatur komposisi kimia pada skala peleburan kecil
o Terdapat dua jenis tungku yaitu Coreless (frekuensi tinggi) dan core atau channel (frekuensi rendah, sekitar 60 Hz)
o Biasanya digunakan pada industri pengecoran logam-logam non-ferro
o Secara
khusus dapat digunakan untuk keperluan superheating (memanaskan logam
cair diatas temperatur cair normal untuk memperbaiki mampu alir),
penahanan temperatur (menjaga logam cair pada temperatur konstan untuk
jangka waktu lama, sehingga sangat cocok untuk aplikasi proses
die-casting), dan duplexing/tungku parallel (menggunakan dua tungku
seperti pada operasi pencairan logam dalam satu tungku dan
memindahkannya ke tungku lain)
- Tungku krusibel
o Telah
digunakan secara luas disepanjang sejarah peleburan logam. Proses
pemanasan dibantu oleh pemakaian berbagai jenis bahan bakar.
o Tungku ini bias dalam keadaan diam, dimiringkan atau juga dapat dipindah-pindahkan
o Dapat diaplikasikan pada logam-logam ferro dan non-ferro
- Tungku kupola
o Tungku ini terdiri dari suatu saluran/bejana baja vertical yang didalamnya terdapat susunan bata tahan api
o Muatan terdiri dari susunan atau lapisan logam, kokas dan fluks
o Kupola dapat beroperasi secara kontinu, menghasilkan logam cair dalam jumlah besar dan laju peleburan tinggi
Muatan Kupola
1. Besi kasar (20 % - 30 %)
2. Skrap baja (30 % - 40 %)
Kadar
karbon dan siliko yang rendah adalah menguntungkan untuk mendapat coran
dengan prosentase Carbon dan Si yang terbatas. Untuk besi cor kekuatan
tinggi ditambahkan dalam jumlah yang banyak.
3. Skrap balik
Yang
dimaksud skrap balik adalah coran yang cacat, bekas penambah, saluran
turun, saluran masuk atau skrap balik yang dibeli dari pabrik
pengecoran.
4. Paduan besi
Paduan
besi seperti Fe-Si, Fe-Mn ditambahkan untuk mengatur komposisi.
Prosentase karbon berkurang karena oksidasi logam cair dalam cerobong
dan pengarbonan yang disebabkan oleh reaksi antar logam cair dengan
kokas. Prosentase karbon terutama diatur oleh perbandingan besi kasar
dan skrap baja. Tambahan harus dimasukkan dalam perhitungan untuk
mengimbangi kehilangan pada saat peleburan. Penambahan dimasukkan 10
sampai 20 % untuk Si dan 15 sampai 30 % untuk Mn.
Prosentase
steel bertambah karena pengambilan steel dari kokas. Peningkatan kadar
belerang (steel) yang diperbolehkan biasanya 0,1 %
Metalurgi Proses Pengecoran
Pembekuan ingot dan Coran
Dari Pembekuan ingot dihasilkan 3 daerah dengan karakteristik yang berbeda. Daerah-daerah tersebut adalah :
1. Chill Zone
Selama proses penuangan logam cair kedalam cetakan, logam
cair yang berkontak langsung dengan dinding cetakan akan mengalami
pendinginan yang cepat dibawah temperatur likuidusnya. Akibatnya pada
dinding cetakan tersebut timbul banyak inti padat dan selanjutnya tumbuh
kearah cairan logam. Bila temperatur penuangannya rendah, seluruh
bagian logam cair akan membeku secara cepat dibawah temperatur likuidus.
Disisi lain bila temperatur penuangan tinggi, cairan logam yang berada
ditengah-tengah ingot akan tetap berada diatas temperatur likuidus untuk
jangka waktu lama.
2. Columnar zone
Sesaat
setelah penuangan, gradien temperatur pada dinding cetakan menurun dan
kristal pada daerah chill tumbuh memanjang dalam arah kristal tertentu.
Kristal-kristal tersebut tumbuh memanjang berlawanan dengan arah
perpindahan panas (panas bergerak dari cairan logam kea rah dinding
cetakan yang bertemperatur lebih rendah) yang disebut dengan dendrit.
Setiap kristal dendrit mengandung banyak lengan-lengan dendrit (primary
dendrit). Jika Fraksi volum padatan (dendrite) meningkat dengan
meningkatnya panjang dendrit dan jika struktur yang terbentuk berfasa
tunggal, maka lengan-lenagn dendrti sekunder dan tertier akan timbul
dari lengan dendrit primer. Daerah yang terbentuk antara ujung dendrit
dan ttitik dimana sisa cairan terakhir akan membeku disebut sebagai mushy zone atau pasty zone.
3. Equiaxed zone
Daerah
ini terdiri dari butir-butir equiaxial yang tumbuh secara acak
ditengah-tengah ingot. Pada daerah ini perbedaan temperatur yang ada
tidak menyebabkan terjadinya pertumbuhan butir memanjang.
Pengaruh Penyusutan
Kebanyakan
logam akan menyusut selama proses pembekuan dan ini mengakibatkan
perubahan struktur ingot. Paduan-paduan dengan selang pembekuan (daerah
antara temperatur liquidus dan solidus ) yang sempit menghasilkan mushy zone
yang sempit pula dan pada bagian permukaan atas ingot terdapat sisa
cairan logam yang lama kelamaan akan berkurang hingga pembekuan berakhir
dan pada ingot mengandung rongga cukup dalam pada bagian tengah atau
disebut pipe.
Pada
paduan-paduan dengan selang temperatur pembekuan lebar, mushy zone
dapat menempati seluruh bagian ingot sehingga tidak terbentuk pipe.
Segregasi pada Ingot dan Coran
Pada
struktur pembekuan terdapat dua jenis segregasi yaitu segregasi makro
(perubahan komposisi pada tiap bagian spesimen) dan segregasi mikro
(seperti yang terjadi antara lengan dendrit sekunder). Ada empat faktor yang menyebabkan timbulnya segregasi makro, yaitu :
- Penyusutan karena pembekuan dan kontraksi panas
- Perbedaan kerapatan antardendritik cairan logam
- Perbedaan kerapatan antara padatan dan cairan
- Temperatur yang menyebabkan perbedaan kerapatan dalam cairan
Segregasi
dalam pembekuan logam tidak diinginkan karena memberikan pengaruh buruk
pada sifat mekanik. Untuk segregasi mikro, pengaruhnya dapat dikurangi
dengan proses perlakuan panas (homogenisasi).
Pemeriksaan Produk Cor
Tujuan :
- Pemeriksaan rupa
a. Pemeriksaan rupa/fisik
b. Pemeriksaan dimensi (menggunakan jangka sorong, micrometer, jig pemeriksa dan alat ukur lainnya)
- Pemeriksaan cacat dalam (pemeriksaan tidak merusak, NDT)
a. Pemeriksaan ketukan
b. Pemeriksaan penetrasi (dye-penetrant)
c. Pemeriksaan magnafluks (magnetic-particle)
d. Pemeriksaan supersonic (ultrasonic)
e. Pemeriksaan radiografi (radiografi)
- Pemeriksaan material
- Pengujian kekerasan (menggunakan metoda Brinell, Rockwell, Vickers dan Shore)
- Pengujian tarik
- Pengujian analisa kimia (spektrometri,EDS)
- Pengujian struktur mikrodan struktur makro
- Pemeriksaan dengan merusak
Cacat-cacat Coran
Komisi pengecoran international telah membuat penggolongan cacat-cacat coran dan dibagi menjadi 9 kelas, yaitu :
- Ekor tikus tak menentukan atau kekerasan yang meluas
- Lubang-lubang
- Retakan
- Permukaan kasar
- Salah alir
- Kesalahan ukuran
- Inklusi dan struktur tak seragam
- Deformasi
- Cacat-cacat tak nampak